Pages

30 December 2014

Parafin

Api dari parafin itu sudah hampir habis |
hujan tak sempat mematikannya |
hanya sampai pada dedaunan |
yang rapat berbaris |
sebelum api mematikan dirinya sendiri ||

28 December 2014

Penyair Pemalu yang Abadi


JAMES DOUGLAS MORRISON dan Alain Ronay duduk di kafe kecil nan sumpek di pusat fashion dunia, Paris. Hari itu adalah 2 Juli 1971. Mereka sama-sama gelisah. Morrison gelisah perkara nasibnya yang berubah cepat selama empat tahun belakangan. Ronay gelisah, mengingat pacarnya pasti memasang muka dengan bibir mengerut ke depan saat nanti ia sampai ke tempat janjiannya. 

Ronay belum bisa pergi. Morrison, temannya, masih belum stabil untuk ditinggalkan. Ia seperti anak kucing yang tak mau ditinngal ibunya. Merayu untuk ditemani seharian. Ronay pasrah. Biarlah nanti pacarnya marah dengan cemberut, pikirnya. Toh wajah pacarnya saat cemberut lebih menggemaskan daripada saat libidonya berada di puncak.

05 December 2014

Antara Desember, Hujan dan Beberapa Lagu untuk Menemaninya

Air, Lampu, dan Blur di Lenteng Agung
Hujan. Hujan. Hujan mulai datang.

Desember akan selalu dekat dengan hujan. Rasa gelisah, yang hadir ketika duduk diam memandang gemericik air membasahi tanah di luar jendela, itu akan selalu muncul saat Desember. Desember dan hujan selalu membawa kita pada khayalan, masa lalu, dan masa depan.

20 November 2014

Rabu

Ia datang padaku dengan terlambat,
ini jam sepuluh tepat
aku tersadar oleh bising
oleh waktu yang semalam.

31 October 2014

Hari-hari yang Tak Kunjung Tamat

Matahari itu muncul lagi
Selalu..
Aku bisa merasakannya
dari balik jendela yang memang tak tertutup rapat..

30 October 2014

Orang-orang yang Hidup dalam Gua

Kita adalah orang-orang yang hidup dalam gua
Nyaman, melihat bayangan
dari luar masuk menghiasi..
Kita tak mau keluar,
terlalu empuk alas batu ini untuk ditinggalkan

28 September 2014

Cerita dari Pojok Ruang V-2

Saya menulis ini dengan emosi. Pasalnya, kegiatan untuk berkarya dihalangi. Padahal Orde Baru telah lewat. Namun mentalnya masih tertanam. Mental untuk memberangus kebebasan.

Jadi ceritanya, saya sedang melakukan latihan teater untuk pementasan di Bulungan, dalam rangka mengikuti Festival Teater Jakarta Selatan. Seperti biasa, satpam datang mendatangi ruangan tempat kami latihan untuk segera menyudahi latihan. Saya berbicara sebentar dengan satpam tersebut, ia mengerti dan memberi waktu tambahan. Saya melanjutkan latihan.

04 August 2014

Doa Pagi untuk Diana

Setiap awal doa, selalu aku ucapkan, "Selamat pagi, Diana." Entah apa yang membuat aku begitu nekat. Tak tahu pasti apa sebabnya. Yang pasti, doa itu telah terucapkan.

Dalam kotak masuknya, doa-doa ini terpanjatkan. Seluruh doa pagi yang tertulis tak henti-henti selama 30 hari. Tugas telah terselesaikan. Sesuai janji.

02 August 2014

Laksmi Tak Pernah Pulang

Ilustrasi: lentera-pembebasan
Ramai-ramai warga desa mendatangi rumah di dekat portal masuk gang Kenari. Mereka membawa segala barang yang bisa digunakan untuk menghancurkan. Cangkul, pedang, parang, balok kayu, dan segala macam kerabatnya ada di tangan mereka. Amarah sudah mencapai puncaknya. Tak tertahan.

01 August 2014

Secangkir Kopi Pahit untuk Ayah

Kredit ilustrasi: di potonya udah ada.
Pagi ini Zia tak seperti biasa. Tak ada koran di pangkuannya, tak ada telepon genggam, tak ada senyuman. Matanya hanya menatap lurus ke ujung jalan yang ramai, di mana orang-orang menghabiskan pagi di akhir pekan.

Sudah tiga cangkir kopi pahit ia habiskan. Ini cangkir keempat pagi itu. Sementara pikirannya masih berkelana entah ke mana.

25 July 2014

Aku, Kamu, Pram dan Mario

copyright by bowo bagus*
“Aku suka ucapannya,” katanya pagi itu.

“Mengapa kamu masih saja mendengarnya sih? Berapa banyak orang-orang sabar yang akhirnya tak bisa merdeka? Manusia adalah makhluk berbudaya. Ia berdialektika, menggabungkan antara tesis dengan antitesis sehingga menjadi sintesis. Begitu seterusnya. Hal itu tidak mengalir begitu saja. Tesis adalah kebiasaan. Antitesis lahir dari perlawanan. Kita tak bisa selallu mendengar. Harus melawan agar sintesis baru lekas ditemukan,” bantahku kepadanya.

Ia diam dalam waktu yang lama. Cukup lama hingga tak ada kabar berita, sampai aku merasa menang dalam satu pernyataan sekaligus pertanyaan. Memenangkan sebuah pertarungan psikologis antara aku dan dia.

17 July 2014

Romantisme Mario Teguh dan Kepahitan Itu

Ilustrasi cover roman Bumi Manusia

Ah, mengapa engkau masih juga mengutip Mario Teguh, sayangku? Aku tahu kau sedang butuh pegangan hidup. Namun, ah, mengapa harus Mario Teguh, sayang?

Sudikah kau mendengarku bercerita tentang Minke. Tahu kau Minke? Aku ragu kau mengenalnya. Minke hidup dalam khayalan Pram. Apa? Kau juga tak kenal Pram? Pramoedya Ananta Toer?

Mungkin agak panjang untuk diceritakan. Tapi untukmu, apapun akan kulakukan, sayangku.

25 June 2014

Matilah Segala yang Kau Ketahui!

Dok. Teater Kinasih (Rohro)
“Aku ingin bicara,” ucap Gerbong 4.

“Jangan!’” tahan Gerbong 1.

“Aku tetap inging bicara.”

“JANGAN!!” Gerbong 1 marah sambil membungkam mulutnya sendiri, sementara Gerbong 2 menutup matanya dan Gebong 3 menutup kupingnya.

Keempat tokoh itu saling beragumen antara ingin melanjutkan perkataannya atau tidak. Sampai akhirnya mereka berempat berbicara dengan suara yang tidak jelas, lalu semuanya tertawa dan perlahan keadaan mulai hening.

24 June 2014

Realitas dalam Sastra


Meminjam kata-kata dalam kumpulan esai, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara milik Seno Gumira Ajidarma, "Jurnalisme terikat oleh seribu satu kendala, dari bisnis sampai politik, untuk menghadirkan dirinya, namun kendala sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku Sastra bisa dibredel, tetapi kebenaran dan kesustraan menyatu bersama udara, tak tergugat dan tak tertahankan."

23 June 2014

Beranda Taman Seni: Ketika Seni Berdampingan dengan Perlawanan

Foto: Fachrul Irwinsyah (Kaphac32)
Kehidupan di dalam kampus, yang ketika pukul delapan malam sudah dipaksa pulang, adalah suatu yang (sangat) tidak mengasyikan bagi sebagian mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan tempat untuk menyalurkan hasrat mudanya dengan berbagai kegiatan di luar kuliah, setelah dipaksa menyelesaikan 150 sks (sistem kredit semester) dalam ruangan kelas dengan sirkulasi udara dan cahaya yang seadanya.

20 June 2014

Talu Pagi

Lirik dari aksara yang dimulai dari kanan itu terdengar lagi
Entah..
Lambat laun, menyergap
Merasuki sendi yang tadinya tertutup

Aku mendengar suaranya dari sini
Dari ujung gang yang sempit
Ujung gang yang pasti kendaraanmu harus terparkir di depan


Suara kuyup itu belum mau juga untuk melesat
Membayangi telinga, merusak..

Kali ini lebih keras
Memanggil denyut yang perlahan menghilang
Menghujam nanar kala embun tak lagi mau menempel
 

Sudikah kau akhiri semua?

Jakarta, depan monitor, Juni sebelum puasa

16 June 2014

Sesosok Suara dari Timur Dekat

Buku Gambar Sketsa J. H. Dowd
Rokok di dalam kotak merah itu hanya tersisa tiga batang. Kata-kata yang kujanjikan untuknya belum lagi selesai kutuliskan. Entah mengapa, malam ini sungguh tak menginspirasi. Tak seperti kemarin, ketika malam menerbangkan balon udara berisi aksara yang rakus untuk keluar, bergerak pelan mengelilingi ruangan. Aku telah mati akal.

04 May 2014

Menjadi Udara


Lembar kertas masih itu tergeletak di dasar kamar. Surat yang dulu pernah dikirmkan kepadaku. Aku masih belum mau membukanya lagi. Aku ingat, saat dulu membukanya, aku tak berani untuk datang ke kamar ini, hingga hari ini kuberanikan diri. Kata-kata yang ada di dalamnya adalah diksi tebaik yang pernah ada di semesta: Kematian.

05 April 2014

Dari Teras Kita untuk Pemilih Muda

Kredit ilustari: Remotivi

Jurnalis dianggap sebagai nabi. Ia menyampaikan kebenarannya melalui media massa. Media massa adalah agama. Peran jurnalisme yang seperti itu, dahulu pernah dibahas dalam diskusi di Jakartabeat (Jurnalis Belum Mati: Tanggapan Untuk Esai Kompas Minggu Edy Effendi dan Jurnalis Belum Mati: Sebuah Kritik).

Di tengah partai politik yang sedang giat-giatnya berkampanye, kenetralan media massa, terutama televisi dan radio, kembali dipertanyakan. Kepada siapa media massa berpihak? Roy Thaniago mengungkapkan bahwa frekuensi, yang digunakan oleh televisi dan radio, itu milik publik. “Koran boleh partisan, koran bertanggung jawab pada hutan yang pohonnya harus menjadi kertas. Namun televisi dan radio menggunakan frekuensi yang dimiliki publik,” ucap Roy.

01 April 2014

Janji Datangnya Kereta Kencana

Foto: Hana Sola Gracia

Bunyi selo dan piano mengisi ruangan yang gelap. Cukup lama hingga akhirnya lampu panggung perlahan menyala.

Dengan lilin yang masih menyala, orang tua itu (Indrasitas) memasuki ruang tamu –yang sekaligus menjadi ruang keluarganya. Umurnya, semenjak dua hari yang lalu, telah memasuki dua abad. Rambutnya putih, kumis dan janggutnya jua, menutupi seperempat wajahnya.

Caterva Dibekukan, Legitimasi BEM Dipertanyakan

Mahasiswa IISIP Jakarta unjuk rasa menolak BBM di depan kampusnya, tahun lalu.

Unit kegiatan mahasiswa (UKM) pecinta alam Caterva menerima surat keputusan dari rektorat Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta tentang pembekuan organisasinya. Diduga, pembekuan UKM Caterva akibat dari meninggalnya Helmy Dwi Aprianto saat sedang pendidikan di Gunung Salak, Januari lalu.

01 January 2014

Membangun Kultur Kreatif, Menjadi Manusia Seutuhnya


Kredit ilustrasi: http://kvltmagz.com

Jutaan kendaraan bermotor berseliweran di jalan-jalan Jakarta. Jutaan orang pula menggantungkan hidupnya pada industri, di mana mereka melebur menjadi alat produksi. Masyarakat kelas pekerja tak peduli lagi dengan proses kreatif. Semua yang dilakukannya adalah kebiasaan, yang terus diulang-ulang sehingga mereka menjadi alat, bukan lagi manusia sutuhnya.