Pages

25 June 2014

Matilah Segala yang Kau Ketahui!

Dok. Teater Kinasih (Rohro)
“Aku ingin bicara,” ucap Gerbong 4.

“Jangan!’” tahan Gerbong 1.

“Aku tetap inging bicara.”

“JANGAN!!” Gerbong 1 marah sambil membungkam mulutnya sendiri, sementara Gerbong 2 menutup matanya dan Gebong 3 menutup kupingnya.

Keempat tokoh itu saling beragumen antara ingin melanjutkan perkataannya atau tidak. Sampai akhirnya mereka berempat berbicara dengan suara yang tidak jelas, lalu semuanya tertawa dan perlahan keadaan mulai hening.

24 June 2014

Realitas dalam Sastra


Meminjam kata-kata dalam kumpulan esai, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara milik Seno Gumira Ajidarma, "Jurnalisme terikat oleh seribu satu kendala, dari bisnis sampai politik, untuk menghadirkan dirinya, namun kendala sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku Sastra bisa dibredel, tetapi kebenaran dan kesustraan menyatu bersama udara, tak tergugat dan tak tertahankan."

23 June 2014

Beranda Taman Seni: Ketika Seni Berdampingan dengan Perlawanan

Foto: Fachrul Irwinsyah (Kaphac32)
Kehidupan di dalam kampus, yang ketika pukul delapan malam sudah dipaksa pulang, adalah suatu yang (sangat) tidak mengasyikan bagi sebagian mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan tempat untuk menyalurkan hasrat mudanya dengan berbagai kegiatan di luar kuliah, setelah dipaksa menyelesaikan 150 sks (sistem kredit semester) dalam ruangan kelas dengan sirkulasi udara dan cahaya yang seadanya.

20 June 2014

Talu Pagi

Lirik dari aksara yang dimulai dari kanan itu terdengar lagi
Entah..
Lambat laun, menyergap
Merasuki sendi yang tadinya tertutup

Aku mendengar suaranya dari sini
Dari ujung gang yang sempit
Ujung gang yang pasti kendaraanmu harus terparkir di depan


Suara kuyup itu belum mau juga untuk melesat
Membayangi telinga, merusak..

Kali ini lebih keras
Memanggil denyut yang perlahan menghilang
Menghujam nanar kala embun tak lagi mau menempel
 

Sudikah kau akhiri semua?

Jakarta, depan monitor, Juni sebelum puasa

16 June 2014

Sesosok Suara dari Timur Dekat

Buku Gambar Sketsa J. H. Dowd
Rokok di dalam kotak merah itu hanya tersisa tiga batang. Kata-kata yang kujanjikan untuknya belum lagi selesai kutuliskan. Entah mengapa, malam ini sungguh tak menginspirasi. Tak seperti kemarin, ketika malam menerbangkan balon udara berisi aksara yang rakus untuk keluar, bergerak pelan mengelilingi ruangan. Aku telah mati akal.