Pages

20 November 2014

Rabu

Ia datang padaku dengan terlambat,
ini jam sepuluh tepat
aku tersadar oleh bising
oleh waktu yang semalam.

Aku berlari menuju lantai empat,
tempat ketika penyaji menjadi begitu pandai
dalam sejekap ia berwibawa.
Sebelum akhihnya jatuh
dalam pertanyaan yang tak terjawab.

Napas ini belum sempurna.
Masih ada sisa asap
dari batang rokok yang baru kumatikan,
Apinya belum mati seutuhnya,
masih ada sisa energi
yang bersiap pindah wadah.

"Berpindahlah ke dalam tubuhku,"
bisikku kepada bara yang hampir mati itu.
Ia menolak, pergi.
Sialan, batinku.

Menyatu menjadi hari.
Ia terlihat jumawa, seperti biasa.
Hari ini, ah, Rabu.
Aku sadar,
engkau telah mencuri energiku.

Rabu,
Aku baru mengenalmu
tapi seperti akrab.
Berulang kita pernah bertemu
tapi tak pernah seriuh ini.

Mungkin dahulu kita pernah akrab
tapi aku lupa.
Aku sengaja.
Biar.

Rabuku adalah Rabu yang baru.
Bukan Rabu yang biasa
yang sudah lama jumawa
yang hanya mengantar
Selasa kepada Kamis.

Rabu,
jangan lagi kau terlambat.
Bangunkan aku ketika subuh
sebelum matari sempat mengintip.

No comments:

Post a Comment