Pages

12 June 2012

Hilangnya Kebudayaan dalam Sistem Pendidikan

Mei merupakan bulan yang identik dengan pendidikan. Karena setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hari Pendidikan Ini diambil dari hari lahir Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau lebih akrab dengan nama Ki Hajar Dewantara pada tanggal 2 Mei 1889 yang merupakan pahlawan pendidikan Indonesia.

Dahulu, Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, bersusah payah untuk membangun sistem pendidikan Indonesia yang sesuai dengan budaya dan karakteristik bangsa. Maka, lahirlah Taman Siswa pada 3 Juli 1922 sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat. Ki Hajar Dewantara berharap dapat menciptakan generasi muda yang dapat bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsanya. Sampai pada saatnya, Bapak Pendidikan Nasional bersama Taman Siswanya berhasil mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan.

Namun, keadaan saat ini telah berubah. Pedidikan bukan menjadi lagi sesuatu yang menolong bangsanya, tapi pendidikan digunakan untuk memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan bangsanya. Jelas, sistem pendidikan saat ini sangat berbanding terbalik dengan ekspetasi para pendiri bangsa. Ini merupakan akibat dari pendidikan yang hanya menekankan pada sisi intelektual saja. Padahal, Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan, bahwa pendidikan yang hanya menekankan aspek intelektual akan menjauhkan para peserta didik oleh masyarakat. Dari sisi psikologis, pendidikan saat ini hanya mementingkan cipta yang mengakibatkan kekosongan pada rasa dan karsa. Pendidikan yang dipengaruhi oleh unsur-unsur cipta, rasa, dan karsa memang sangat penting. Karena jika cipta, rasa, dan karsa iru menjadi satu, maka ketika itu pula hati, pikiran, roh, tubuh, dan lingkungan akan menjadi satu keseimbangan dalam diri manusia.

Pedidikan dan budaya adalah syarat mutlak bagi sebuah bangsa untuk dapat bertahan dalam mengarungi samudra. Pendidikan dan budaya memiliki andil yang sangat besar dalam upaya menjadikan Negara Republik Kesatuan Indonesia benjadi sebuah bangsa yang utuh dan dipandang oleh dunia. Namun, secara perlahan tapi pasti bangsa ini mulai terbuai dengan kemerdekaan. Pendidikan berubah menjadi syarat untuk mencari makan, sedangkan budaya hanya tinggal kenangan yang diabadikan dalam gudang.

Merupakan hal yang wajar, jika sampai saat ini korupsi merajalela di bangsa ini dan nilai-nilai agama dirusak oleh kekerasan. Hilangnya unsur unsur budaya Indonesia dari dunia pendidikan sumber dari segala kebobrokkan yang dialami oleh bangsa ini. Pendidikan saat ini telah meningggalkan karakter bangsa yang sesungguhnya. Karakter bangsa yang ramah, telah berubah menjadi apatis. Bangsa yang terkenal dengan ke-bhineka-annya, sudah menjelma menjadi perusak atas nama perbedaan.

Pemerintah harus berupaya untuk mengembalikan karakter bangsa sesuai dengan kodratnya. Banngsa yang terkenal dengan keramahannya dan menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur. Untuk merubah kondisi bangsa yang sudah seperti ini memang bukanlah proses yang mudah. Namun, jika pelaksanaan pendidikan karakter tidak juga terlaksana, maka harus menunggu sampai kapan lagi untuk melihat bangsa ini merdeka seutuhnya?

No comments:

Post a Comment