Pages

01 January 2015

Selayang Pandang Heterogenerasi

semoga berkah
Semoga Berkah on stage (Dok. Kremmasi).
Euforia Natal belum selesai. Masih banyak pohon cerama berhias lampu-lampu yang menyala mesra. Belum lagi, hujan di bulan Desemeber yang semakin syahdu. Jumat ini adalah Jumat yang sempurna. Sempuna untuk tidur berdekap selimut dalam kamar yang hangat.

Matahari sudah tenggelam. Hujan belum kelar. Saya memandang layar ponsel menunggu kabar.

Saya malas sekali keluar rumah, sebenarnya. Namun, dua kawan saya telah menunggu di kampus. Yang satu, baru selesai dari perayaan Natal bersama keluara besarnya di Cibubur, menembus hujan, melawan badai, untuk sampai di kampus –pun tujuan awalnya untuk bertemu dengan perempuan dan gagal.

Yang satu lagi adalah sindikat penulis musik kampus, yang memang senang berada di kampus, meskipun hujan halilintar datang. Tak ada janji terucap di antara kami untuk ke kampus memang. Tapi apa daya, frekuensi otak kami terlanjur sama. Sama-sama mengerahkan otak untuk datang ke kampus, lalu bersama-sama menuju Jatnegara, tempat Heterogenerasi dilangsungkan.

09.00 PM. Hujan berhenti. Saya langsung tancap gas menuju kampus. Dua kawan saya sudah menunggu. Kami ngopi sebentar, makan, lalu berangkat.

10.30 PM. Kami sampai di Beer House, lantai dua JX-tainment. Young de Brock sedang mengeset alat untuk main. Saya memanggil pelayan cantik bercelana jins mini, memesan bir, teman saya yang bayar.

Young de Brock main dengan lepas. Logat Jawa vokalisnya tak membuat risih crowd yang tak begitu ramai. Saya lupa berapa lagu yang dibawakan. Namun penampilan band dengan vokalis berlogat Jawa ini cukup bisa menghibur –setidaknya bisa dinikmati sambil minum bir.

Tak seperti scene IISIP biasanya yang melulu menghadirkan punk sebagai menu utama. List band malam itu lebih banyak diisi oleh blues dan garage. Setidaknya ada tiga band yang menjadi perhatian saya: Young de Brock, Arc Yellow, dan tentunya Semoga Berkah.

Semoga Berkah adalah satu-satunya tujuan saya datang ke Heterogenerasi, tentunya selain karena ditunggu dua kawan saya dan ditelepon salah satu sesepuh Kremmasi agar datang. Saya mengenal Semoga Berkah sejak masih berseragam STM –kurang lebih lima atau enam tahun silam- dengan single-nya “Keperawananku Hilang Bukan dengan Pacarku”.

Yudis, sang vokalis, tampil flamboyan. Dengan kacamata hitam yang digunakan sebagai bandana, ia meliuk-liuk di atas panggung kecil yang sempit. Saya tak ingat berapa lagu yang dibawakan, namun "Baju Kusut" sangat memesona. Liriknya sederhana. Nada-nadanya bahagia.


Ternyata ada band sekeren ini yang lahir dari kampus yang mau menghentikan sebuah acara karena tersinggung oleh komedi macam stand up. C’mon, madam. It’s just a fuckin' comedy.

Dengan ini, saya perlahan merasa tak menyesal kuliah di IISIP, pun diam-diam merasa ngenes sekaligus.

Semoga Berkah adalah juaranya malam itu. Meskipun crowd sepi, Yudis tetap tampil menawan. Apalagi gitarisnya, Hafidz, sangat petakilan. Tak bisa diam. Angkat gelas, bung!

Di akhir acara, Escorets berhasil menghidupkan crowd, yang mayoritas adalah panitia acara. Secara musikalitas, mereka memang bagus. Namun, vokalisnya terlalu.. ah, sudahlah! Entah kenapa, saya kurang bisa menikmati hidangan penutup malam itu.

Pukul 01.30 AM acara selesai.. Hujan yang baru berhenti pukul 09.00 PM, menjadi sabda bahwa acara itu sepi pengunjung. Sayang disayang. Padahal Semoga Berkah tampil flamboyan.

Udara sangat dingin malam itu. Sebotol bir belum bisa untuk menghangatkan suasana. Saya pergi bersama dua kawan tadi, berusaha menghangatkan tubuh dengah teh panas yang sedikit manis. Ponsel saya bergetar. Muncul pesan dari kawan saya yang lain. Ada kerjaan, katanya.

Saya akhirnya pulang, dan tak sempat tidur hingga pagi menjelang.


NB: Naskah ini terbit untuk Medan IISIP

No comments:

Post a Comment