Dok. Rahasia
Suara adzan Zuhur baru saja berkumandang. Langit yang mulai
menghitam tak kunjung mengeluarkan hujan. Siang itu (23/12) di pos keamanan,
tempat paling bawah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta,
seorang petugas keamanan sedang berjaga melihat puluhan motor
yang terparkir ditemani kopi mendidih di gelas plastik.
Hari itu adalah Minggu Tenang, di mana mahasiswa
mempersiapkan diri sebelum menghadapi ujian akhir semester (UAS). Sang penjaga keamanan itu
terlihat lebih lengang karena hanya sedikit mahasiswa yang datang ke kampus,
entah untuk melunasi uang semester, mengikuti kuliah pengganti atau
menyelesaikan skripsi. Meski lengang, matanya tetap awas melihat motor-motor yang
terparkir.
Pandangnya menerawang kejadian malam Minggu yang baru sehari
berlalu. Gesturnya memperlihatkan bahwa ia masih kesal dengan kejadian
tersebut; perkelahian fisik ala tentara yang masih terjadi di lingkungan
pendidikan maha, antara RI dan alumni.
Kejadian tersebut berlangsung sekitar pukul sembilan, Sabtu
(21/12) malam. Suasana kampus yang baru selesai menggelar acara kesenian, memungkinkan para mahasiswa melebihi “jam malam” yang dipatok pihak
kampus hanya sampai pukul delapan malam.
Menurutnya RI, mahasiswa yang terkenal dengan organisasi ekstra, berkelahi dengan salah
satu alumni. “Anak-anak itu kan biasanya nongkrong di depan kolam,
samping pos atas. Gak tau kenapa tiba-tiba ribut,” lanjutnya menjelaskan.
Sebagai pihak keamanan, ia pun berusaha melerai mereka
berdua. Menurutnya, salah satu pihak yang berkelahi sudah reda, namun RI tetap
ngotot.
“Burarin aja, udah!” teriaknya, menirukan kejadian malam
itu. Merasa tak terima, RI naik pitam dan menyalahkannya sebagai provokator.
Ia sempat tersulut emosi akibat RI yang menyalahkannya. “Gue
dikatain anjing. Emosi sih boleh, tapi liat-liat juga kalau ngomong. Untung temannya
meredakan, kalau enggak mah, sekali juga jatoh tuh anak,” ujarnya dengan kesal.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment