Bumi semakin rusak. Itu adalah kalimat yang menggambarkan keadan saat ini. Asap-asap industrialisasi membuat lapisan ozon semakin lama semakin terkikis. Hutan, sebagian besar telah menjadi perkebunan yang lebih menjanjikan uang, sisanya hilang menjadi lembaran kertas yang jumlahnya tak terbatas. Sungai mengecil menjelma menjadi pemukiman kumuh.
Saat ini manusia tidak lagi membangun sisbiosis mutualisme dengan alam. Para pemilik modal yang serakah menghabisi hutan demi keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Akibatnya, para penduduk hutan, seperti harimau, gajah, dan lain sebagainya, memasuki dan menyerang pemukiman warga untuk meminta pertanggung-jawaban. Hukum alam menjadi salah sasaran. Penduduk lokal tidak hanya tersiksa melihat alam sekitarnya dirusak oleh para penguasa, melainkan mereka pun ketadangan hewan-hewan yang murka karena habitatnya dirusak. Alam terus dieksploitasi, sementara para penguasa menikmati hasilnya sendiri. Hutan yang rusak sudah tidak lagi dapat menampung air, sehingga muncul genangan-genangan menyerupai banjir di hampir setiap jalan, di berbagai kota besar.
Para pemimpin dunia telah bertemu di Rio de Janeiro, Brazil, untuk mengadakan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Para pemimpin dunia mengajak kita untuk bergerak dari ekonomi yang serakah ke ekonomi hijau. Mereka tanpa henti menyuarakan pembangunan yang hijau demi masa depan yang lebih naik. Namun sayang, kepercayaan masyarakat sedang mengalami krisis, sehingga pertemuan ini dilihat dengan sikap skeptis dan apatis oleh banyak pihak.
Bagaimanapun, upaya pertemuan para pemimpin dunia in harus diapresiasi sebagai langkah awal mewujudkan ekonomi yang hijau, yang tidak merusak alam. Masyarakat luas juga harus mendukung dan berupaya untuk melestarikan kegiatan tersebut, karena rencana sebaik apapun tidak akan dapat berjalan tanpa dukungan dari masyarakat luas.
Setiap masyarakat memiliki peran untuk menjaga dan melestarikan lingkunagn. Alasan, yang paling sederhana, masyarakat memiliki kewajiban untuk melestarikan lingkungan adalah agar anak-cucu kita dapat merasakan alam yang saat ini kita rasakan, atau mungkin alam yang lebih baik lagi. Betapa egoisnya, bila kita hanya menguntungkan diri sendiri tanpa menyisakan hal yang berguna bagi generasi penerus kita.
Bumi masih bisa diselamatkan. Tentu. Oleh karena itu, marilah kita membuat perubahan pada pola tingkah laku dalam diri sendiri. Perbuatan sekecil apapun dalam upaya melestarikan lingkungan tentu akan membawa efek yang positif bagi masyarakat banyak. Apa masih perlu menunggu korban lebih banyak lagi?
No comments:
Post a Comment