hujan tak sempat mematikannya |
hanya sampai pada dedaunan |
yang rapat berbaris |
sebelum api mematikan dirinya sendiri ||
Lampu sengaja kumatikan |
biar gelap, biar tenang. |
Hanya ada tetesan, |
dan sesekali suara bergumul mereka yang terjaga |
Biar sepi ini terus melekat |
membawa aku lebih dekat |
lebih dekat dengan titik awal ||
Yang ada hanya gelap |
dan hanya kegelapan yang selalu setia |
Cahaya bisa pudar |
namun tidak untuk gelap ||
Ah, Siti.. |
Kau begitu gelap |
Rendra sangat cerdik membuatmu |
sebagai pacar seorang pencopet |
Dua kali sudah kubacakan |
Oh bukan, tapi tiga |
bahkan mungkin lebih |
dan aku belum tahu |
kemana engkau sekarang ||
mungkin dengan lelakimu |
atau pejabat |
atau malah masih dengan pacarmu? ||
Dasar kau, Siti! |
Cintamu memang tak bisa disangsikan |
bahkan Rendra pun tidak |
Surat itu hanya hanya menjadi puisi |
yang tak pernah kau baca |||
12.36 2nov KdgBadak
No comments:
Post a Comment