Majalah Tempo
mengangkat Wiji Thukul, seorang penyair yang hilang saat kerusuhan Mei 1998,
sebagai edisi khusus. Edisi khusus adalah sesuatu yang biasa digunakan oleh
Majalah Tempo. Wiji Thukul bukanlah penyair populer seperti Chairil Anwar, WS
Rendra, atau Sapardi. Namun ia sangat akrab dengan kalangan mahasiswa dan buruh
pada dekade 90an. Puisi-puisi Wiji Thukul dianggap memprovokasi para buruh dan
mahasiswa untuk melakukan demonstrasi.
Pengangkatan Wiji Thukul sebagai edisi khusus dimaksudkan agar masyarakat mengingat kembali kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang sampai saat ini belum tuntas. Sebagai cara untuk melawan lupa, tentu diangkatnya Wiji Thukul sebagai edisi khusus menuai pro-konta, terutama di kalangan militer.
Di edisi khusus
tersebut dikatakan bahwa Wiji Thukul telah diincar oleh intel sebelum
menghilang. Thukul bahkan sempat berpindah-pindah tempat tinggal dan menyamar
saat masyarakat sedang gencar-gencarnya melawan Orde Baru. Pihak militer
dianggap sebagai yang paling bertanggungjawab atas hilangnya Wiji Thukul
bersama aktivis lainnya.
Kalangan TNI sempat
dibuat geger dengan edisi khusus Majalah Tempo ini. Di dunia maya, para blogger
mengeluh sulit untuk mendapatkan edisi ini karena telah diborong oleh Kopassus
(Komando Pasukan Khusus) agar tidak menyebar di masyarakat.
Entah kabar
pemborongan itu benar atau tidak. Yang jalas, animo masyarakat untuk memiliki
majalah tersebut meningkat setelah kabar pemborongan oleh Kopassus muncul di
berbagai media sosial (Blog, Twitter, Facebook, dan lain-lain).
Mungkin kabar pemborongan
tersebut hanyalah strategi manajemen Majalah Tempo agar majalahnya laku
terjual. Pasalnya, banyak masyarakat yang dengan mudah membeli Majalah Tempo
setelah ada kabar pemborongan tersebut.
Biasanya topik yang
diangkat adalah isu yang mulai terlupakan atau sengaja dilupakan. Sebelumnya,
Majalah Tempo pernah mengangkat Pengakuan Algojo 1965 pada Oktober 2012, yang
sempat menggegerkan aparat.
Sila kunjungi http://edisikhusustempo.blogspot.com/ untuk membaca Majalah Tempo edisi khusu yang lengkap dan gratis! :)
ReplyDelete"Jika tak ada mesin ketik aku akan menulis dengan tangan, jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang, jika tak ada kertas aku akan menulis pada dinding, jika aku menulis dilarang aku akan menulis dengan tetes darah!" (Penyair)
ReplyDelete