“Kalo lu
bisa nge-review albumnya, gue kasih ceban deh,” begitulah Mawar (nama
disamarkan), yang memiliki badan “sedikit” lebih besar bentuk dari saya,
berkata kepada saya malam itu. Setalah dua botol minuman produk kapitalis
habis, rasa kantuk mulai datang, membawa saya pada mimpi panjang tentang waria.
Lalu, setelah matahari kembali, langsung saya unduh album Sapuan Feses Waria Meledak yang dimaksud Mawar di situs netlabel
terkemuka asal Jogja, yesnowave.com.
Sungsang Lebam
Telak, begitulah nama band pesanan Mawar yang minta diulas. Track ‘Kejatuhan Rona Jiwa Yang
Meronta-Ronta Dalam Estetika Psikedelis’ saya dengarkan, teriakan terdengar, improv-improv
super jazz –klaim dari mereka mengenai genre musik mereka- menghancurkan
daras-dasar pemikiran tentang musik yang sudah ada. Tiba-tiba, saya tak tahu
harus menulis apa. “Ini band mau ngapain sih?” Album yang berisi sembilan lagu,
yang judulnya lebih enak untuk dibaca daripada harus didengarkan.
1 –Tertangkapnya Kecepatan Wal Afiat yang Mampu
Diramalkan Setiap Kancah
2 –Pengharapan semu dapat dirasakan asap-asap
alumnus terjerembab lompat
3 –Kapan Lagi Membakar Aroma Bolpoin di Balik
Karpet Musim Panas Terus
4 –Sebesar Usaha Kami Mencuci Kaus Ternoda
Bersama Gemericik Gledek Cemerlang
5 –Kejatuhan Rona Jiwa yang Meronta-Ronta dalam
Estetika Psikedelis
6 –Endapan Kesalahpahaman Bobroknya Birokrasi
Tato Rusak
7 –Menyongsong Area
Lampu Merah saat Anus Kembali Menyempit per Dua Detik dalam Penasaran Mabrur
8 –Usurlah Partikel
Cakupan Melejitnya Adidaya Kerupuk dan Asam Garam Politik
9 –Semburan Diare
Langsung ke Lidah yang Telah Terpatahkan oleh Teori Usang Tata-Titi Bersepeda
Track demi track saya
putar terus menerus, tetap saja tak ada yang bisa saya tangkap maknanya. Apakah
ini yang namanya komunikasi tanpa makna, yang menghancurkan makna palsu dalam
komunikasi? Akhirnya dengan berat hati dan kondisi kepala pusing, saya putuskan
untuk mendengarkan Wezeer –berbubung Wezzer sebentar lagi akan konser di
Jakarta, pun tak mungkin nonton pula, yang penting mendengarkan untuk
menghilangkan kepenatan Sungsang Lebam Telak.
Mungkin sesuai
dengan namanya, Sungsang Lebam Telak ingin menghancurkan pandangan tentang nilai-nilai
moral yang sudah ada. Mendekonstruksi nilai-nilai yang telah tersusun rapih
dengan super jazz yang dibawakannya. Satu saran saya, janganlah Anda dengarkan
lagu-lagu di atas, cukup baca saja judul lagunya. Anda hanya akan menghabiskan
waktu, quota internet, pikiran,
bahkan sampai persaan saat Anda memutuskan untuk mendengarkan album Sapuan Feses Waria Meledak. Saya pun menuliskan
review ini hanya untuk mendapatkan
uang cebanan, yang entah akan
dibayarkan atau diangga[ sebagai pemotongan hutang yang kian tak tertahan.
Sampai saat ini,
saat sedikit memperbaiki tulisan ini, saya tak tahan mendengarkannya dan memilih
mendengarkan lagu-lagu absurd Zeke Khaseli.
No comments:
Post a Comment